Bondan Prakoso : Mengkritik Hidup yang Tak Sempurna

Mengkritik Hidup yang Tak Sempurna

Penyanyi Bondan Prakoso
Tak Sempurna. Itulah kalimat yang ia yakini masih menjadi gambaran kehidupan manusia.

Masih ingat dengan pelantun lagu Si Lumba-lumba? Bondan Prakoso yang memulai karier sebagai penyanyi cilik kini sudah dewasa. Bukan hanya sekadar dewasa lewat fisik saja, ia pun benar-benar dewasa dalam memandang kehidupan, masa depan, dan harapan.

Kedewasaan cara pandang Bondan akan kehidupan dan masa depan, ternyata berujung pada satu kalimat. Tak Sempurna. Itulah kalimat yang ia yakini masih menjadi gambaran kehidupan manusia. Tak sempurna dalam arti,banyak orang khususnya generasi muda yang belum menemukan kedamaian hidup. Hal itu dibuktikan dari masih adanya aksi tawuran yang terjadi di antara para pelajar.

Pelajar, yang notabene mengenyam bangku pendidikan justru terkadang tidak menjadi panutan yang baik. Pendidikan moral dan sosial yang para pelajar terima selama enam hari dalam satu minggu, masih tetap membuat hidup mereka tidak sempurna. Tawuran seperti menjadi kebiasaan yang turun-temurun dijaga keberadaannya.

“Saya heran dengan pelajar-pelajar sekarang. Bahkan saking herannya, saya dan teman-teman di Fade 2 Black memutuskan untuk membuat sebuah buku. Judul yang kami pilih adalah Tak Sempurna. Buku yang dikemas dalam bentuk novel ini bercerita jujur tentang kondisi pendidikan dan generasi muda bangsa kita,” ujar Bondan, belum lama ini.

Kehadiran buku Tak Sempurna, menjadi karya kedua bagi Bondan. Sebelumnya ia bersama dengan Fade 2 Black meluncurkan buku berjudul Hidup Berawal dari Mimpi. Berbeda dengan buku pertama, pada buku Tak Sempurna, Bondan bersama Fade 2 Black lebih berani lagi membongkar kebobrokan dalam hidup.

Di bukunya, Bondan bercerita tentang dunia pendidikan di suatu kota di Indonesia. Kota tersebut digambarkan seperti Gotham, yang dalam film Batman adalah sebuah kota dengan banyak aksi kejahatan.

Masih terjaganya tawuran di kota ini, menurut Bondan, juga mendapat pengaruh dari lingkungan keluarga. Bondan percaya, seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga penuh kasih sayang pasti tidak pernah terpikir akan tawuran. Sebaliknya jika seorang anak besar dalam lingkungan yang tidak harmonis, hasilnya adalah anak-anak dengan pribadi yang suka kekerasan.

Khusus untuk bukunya ini, Bondan juga melakukan riset. Ia melihat fakta betapa banyaknya pelajar yang meninggal karena tawuran. Fakta betapa banyaknya siswi terpelajar yang aborsi dan hamil. Fakta bahwa betapa banyaknya pelajar yang terjerumus narkoba. Fakta betapa banyaknya pelajar yang melakukan tindak pemerkosaan.

Buku yang penuh kritik pedas dan fakta menyakitkan ini, diharapkan Bondan bisa menjadi cambuk bagi dunia pendidikan. Bukan hanya kepada pemerintah dan para pendidik saja. Cerita Bondan dalam buku yang segera diluncurkan ini pun diharapkan bisa menyadarkan orangtua tentang betapa pentingnya kasih sayang dan keharmonisan dalam keluarga.

“Saya pernah muda, dan sampai sekarang pun masih merasa muda. Tetapi saya tidak mau menjadi generasi muda yang tak sempurna. Saya mau menjadi anak muda yang dewasa dan sempurna dalam memandang hidup serta kehidupan,” lontar musisi yang dulu sempat bernaung dalam band Funky Kopral ini.

Daur Ulang
Selain buku, kedewasaan Bondan juga tertuang dalam proyek barunya mendaur ulang lagu Si Lumba-lumba. Lagu masa kecil ciptaan sang ayah, Sisco Batara ini memang masih sangat melekat dalam diri Bondan. Bahkan beberapa kali dalam sebuah show off air, ada saja penonton yang meminta Bondan menyanyikan lagu Si Lumba-lumba.

Lagu masa kecil yang sangat melekat itu, akhirnya membuat Bondan tertantang untuk daur ulang. Rencananya, bersama dengan Fade 2 Black, ia mendaur ulang lagu Si Lumba-lumba. Lagu masa kecil itu akan diubah sesuai karakter Bondan yang sudah dewasa. Bisa jadi lagu Si Lumba-lumba menjadi bergaya rap, RnB, atau rock.

“Kalau dulu ayah yang terlibat penuh dalam lagu Si Lumba-lumba. Sekarang giliran saya dan teman-teman yang berkreasi. Semoga saja, lagu daur ulang tersebut bisa lebih baik lagi hasilnya. Ya, paling tidak saya bisa menyamai sukses ayah sebagai penggagas lagu masa kecil itu,” harap Bondan.



sumber : http://www.beritasatu.com/figur/94925-mengkritik-hidup-yang-tak-sempurna.html .

14 comments:

  1. Terkadang hidup ini terlalu kekanak-kanakan namun seiring berjalan nya waktu pasti akan mnjadi dewasa :)
    realistick :D

    #salam blogwalking kocak

    ReplyDelete
  2. Pertamax max max
    Bondan salah satu penyanyi cilik yang bisa eksis hingga dewasa.... hebat.
    Mungkin karena pemikirannya yg dewasa dan visi yang jelas, seperti buku yang mau diterbitin.

    ReplyDelete
  3. hhmm.. bener.. terus utk apa mengejar kesempurnaan?!?!?

    Belajar Photoshop

    ReplyDelete
  4. wah bener banget Mas Bondan. Indonesia kayak Gotham City ya sekarang, berbagai peran Joker, Penguin, Riddler, Two Face dll, ada semua.

    ReplyDelete
  5. semoga saja lagu daur Ulang itu bisa menjadi lebih baik lagi ya Miz
    Terima kasih sudah berbagi

    ReplyDelete
  6. Selamat miztia dapet Pagerank 3.... :)

    ReplyDelete
  7. followers 85 miztia :)
    http://buddhi-pedia.blogspot.com/

    ReplyDelete
  8. kunjungan perdana, wah bar tau klo punya blog ini jg :D

    ReplyDelete
  9. Pecinta berat Bondak yah kk?
    kapan2 share donk lirik dan cord gitarnya Iwan fals atau Slank :D

    Selamat atas PR 3 nya kk Miz :D

    ReplyDelete
  10. haii kK...
    ehh suka banget sama Bondan yahh? aku malah gak tau banyak ttg dia, lagu-lagunya juga gak tau, hihiii

    ReplyDelete
  11. ehh iyaa udah aku follow lho di #86,
    cuma ngasih tau ajaa.... hehehh

    ReplyDelete
  12. kamu dpat pr 3 ya.. hore :) asyik nh. hehehe

    ReplyDelete

* ) Referensi, bisa sobat lihat/baca/kunjungi alamat web/blog di bawah artikel halaman ini atau bagian footer blog ini.

** ) Beritahu jika ada link rusak "Broken Link", atau kesalahan dalam penulisan.

*** ) Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan dan bijak :) .